Malam itu malam yang biasa
saja, malam yang ramai akan bunyi tonggeret di bodogol. Sudah hampir 3 hari
menginap disana untuk melaksanakan pelantikan anggota ksp baru ksp angkatan
2014. Seperti biasa malam ini merupakan malam inagurasi yakni malam yang sungguhan
untuk “melantik” anggota baru. Anggota baru dibagi dua kelompok kelompok
pertama menuju ke arah rasamala dan kelompok kedua menuju kea rah cikaweni di
malam inagurasi ini anggota baru akan disuruh mengamati kukang namun hanya
jalan berdua untuk mengurangi bising agar kukang harapannya bisa muncul.
Saya
dan beberapa panitia menunggu di ujung jalan cikaweni untuk menjemput mereka
agar tidak tersasar. Kira kira ada sekitar 10 orang yang ikut diujung jalan
saat itu. Waktu berjalan dan sudah selesai lah malam inagurasi . disetiap jalan
yang dilalui oleh peserta ada panita yang berjaga agar tidak salah jalan menuju
ke tempat pos pengumpulan. Untuk panita yang perempuan berdua tapi yang laki
laki sendiri. Setelah selesai mereka menyusul ke pos pengumpulan, karena gue
waktu itu paling tua dan gue anggap sangatlah penuh di pos pengumpulan tadi
mereka gue suruh balik duluan ke camp. Jalan lah gue paling depan menuntun yang
lain kembali ke camp. Perjalanan sih hanya sekitar 15 menit jalan biasa, kita
melewati hamparan hutan pinus dengan tumbuhan tumbuhan bawah yang cukup lebat
namun masih terlihat bekas jalan setapak. Jalanan hari itu sangat becek karena
sorenya terguyur hujan jadi harus hati hati dalam melangkah ditambahlagi
serasah pinus yang terdapat di lantai hutan makin membuat jalanan licin.
Posisi
paling depan ada gue dibelakang gue talita yang lainnya menyusul dibelakang,
karena gue anggap jalanan ini gampang udah aja gue jalan agak cepat kedepan.
Gue yang lagi asik ngobrol sama talita, “abis ini acaranya apa ya ?” Tanya gue
ke talita, “palingan kumpul kumpul kayak dulu yang, eh tungguin aku dong
jalannya jangan cepet cepet” Tak lama gue berjalan disebelah kiri gue
terdengar suara seperti pohon jatuh “braaaaak” gue dan talita jadi liat liatan,
terdiam sejenak terus kita lanjutin jalan lagi karena gue kira itu hal biasa
palingan juga rubuh karena kena angin. Menjelang pintu keluar jalur gue dr
kejauhan melihat panitia yang tadi gue suruh balik memanggil gue dengan nada
ketakutan. “kak maju duluan kak, kata salah satu panitia “kenapa emang ada
apaan ?” gue menjawab, gapapa kak maju aja duluan, gue pun ngerasa curiga
karena mereka semua mukanya pucat dang a berani bergerak sama sekali. Di paling
depan ada bowo dan imam, imam bilang, “kak maju duluan kak tadi gue liat mata
warna ijo gitu ngedeket trus jalan lewat atas gue ga berani maju kak”, bowo
menambahkan “iya kak tadi juga sekilas bau kambing gitu dan kedengeran jelas
banget aumannya. Gue yang berusaha menenangkan mereka pun tiba tiba jadi deg
degan. Adrenalin berpacu gue sambil nyenterin depan sambil jalan pelan pelan,
dalam hati gue bilang “ gue paling depan kalo ketemu duluan gue yang mati
duluan ini mah “. Sampai ujung pintu keluar ternyata tidak ada apa apa dan
rombongan kamipun berjalan dengan tenang. Setelah keluar gue baru inget
ternyata pohon jatuh ditengah hutan tadi karena si macan jawa tadi lewat atau
sering di sebut Panthera pardus melas
.
Hewan ini kira-kira memiliki tinggi sekitar 1,5 meter berjalan dengan empat
kakinya memiliki cakar yang besar untuk mencabik mangsa dengan totol khas macan
di tubuhnya. Mereka memiliki dua variasi yang pertama dengan warna dasar kuning
kecoklatan tetap dengan totol bercoraknya dan warna dasar hitam dan tetap
memiliki totol namun sangat samar karena warnanya juga hitam. Hutan merupakan
habitat alami kucing rimba ini. Mereka sudah disejajarkan dengan deretan hewan
terancam punah lainnya karena aktivitas manusia yang mengeksploitasi hutan. Tak
jarang kucing ini turun dari gunung menuju ke permukiman warga memakan hewan
ternak seperti kambing atau ayam.
Semua ini bukan salah mereka namun salah kita
kenapa kita merebut sumber makanan dan habitat mereka. Sudah selayaknya sebagai
anak muda kita melestarikan hutan, melestarikan bukan kita jalan jalan ke hutan
membuang sampah sembarangan namun melestarikan membiarkan hutan tersebut tumbuh
alami apa adanya biarkan hutan menyembuhkan dirinya sendiri dan sudahi melukai
hutan karena hewan yang hidup di dalamnya juga memiliki hak, hak hidup aman dan
sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar