Senin, 08 Juni 2015

Pertemuan dengan Sang Kucing Rimba



Malam itu malam yang biasa saja, malam yang ramai akan bunyi tonggeret di bodogol. Sudah hampir 3 hari menginap disana untuk melaksanakan pelantikan anggota ksp baru ksp angkatan 2014. Seperti biasa malam ini merupakan malam inagurasi yakni malam yang sungguhan untuk “melantik” anggota baru. Anggota baru dibagi dua kelompok kelompok pertama menuju ke arah rasamala dan kelompok kedua menuju kea rah cikaweni di malam inagurasi ini anggota baru akan disuruh mengamati kukang namun hanya jalan berdua untuk mengurangi bising agar kukang harapannya bisa muncul. 
Saya dan beberapa panitia menunggu di ujung jalan cikaweni untuk menjemput mereka agar tidak tersasar. Kira kira ada sekitar 10 orang yang ikut diujung jalan saat itu. Waktu berjalan dan sudah selesai lah malam inagurasi . disetiap jalan yang dilalui oleh peserta ada panita yang berjaga agar tidak salah jalan menuju ke tempat pos pengumpulan. Untuk panita yang perempuan berdua tapi yang laki laki sendiri. Setelah selesai mereka menyusul ke pos pengumpulan, karena gue waktu itu paling tua dan gue anggap sangatlah penuh di pos pengumpulan tadi mereka gue suruh balik duluan ke camp. Jalan lah gue paling depan menuntun yang lain kembali ke camp. Perjalanan sih hanya sekitar 15 menit jalan biasa, kita melewati hamparan hutan pinus dengan tumbuhan tumbuhan bawah yang cukup lebat namun masih terlihat bekas jalan setapak. Jalanan hari itu sangat becek karena sorenya terguyur hujan jadi harus hati hati dalam melangkah ditambahlagi serasah pinus yang terdapat di lantai hutan makin membuat jalanan licin. 
Posisi paling depan ada gue dibelakang gue talita yang lainnya menyusul dibelakang, karena gue anggap jalanan ini gampang udah aja gue jalan agak cepat kedepan. Gue yang lagi asik ngobrol sama talita, “abis ini acaranya apa ya ?” Tanya gue ke talita, “palingan kumpul kumpul kayak dulu yang, eh tungguin aku dong jalannya jangan cepet  cepet”  Tak lama gue berjalan disebelah kiri gue terdengar suara seperti pohon jatuh “braaaaak” gue dan talita jadi liat liatan, terdiam sejenak terus kita lanjutin jalan lagi karena gue kira itu hal biasa palingan juga rubuh karena kena angin. Menjelang pintu keluar jalur gue dr kejauhan melihat panitia yang tadi gue suruh balik memanggil gue dengan nada ketakutan. “kak maju duluan kak, kata salah satu panitia “kenapa emang ada apaan ?” gue menjawab, gapapa kak maju aja duluan, gue pun ngerasa curiga karena mereka semua mukanya pucat dang a berani bergerak sama sekali. Di paling depan ada bowo dan imam, imam bilang, “kak maju duluan kak tadi gue liat mata warna ijo gitu ngedeket trus jalan lewat atas gue ga berani maju kak”, bowo menambahkan “iya kak tadi juga sekilas bau kambing gitu dan kedengeran jelas banget aumannya. Gue yang berusaha menenangkan mereka pun tiba tiba jadi deg degan. Adrenalin berpacu gue sambil nyenterin depan sambil jalan pelan pelan, dalam hati gue bilang “ gue paling depan kalo ketemu duluan gue yang mati duluan ini mah “. Sampai ujung pintu keluar ternyata tidak ada apa apa dan rombongan kamipun berjalan dengan tenang. Setelah keluar gue baru inget ternyata pohon jatuh ditengah hutan tadi karena si macan jawa tadi lewat atau sering di sebut Panthera pardus melas

Hewan ini kira-kira memiliki tinggi sekitar 1,5 meter berjalan dengan empat kakinya memiliki cakar yang besar untuk mencabik mangsa dengan totol khas macan di tubuhnya. Mereka memiliki dua variasi yang pertama dengan warna dasar kuning kecoklatan tetap dengan totol bercoraknya dan warna dasar hitam dan tetap memiliki totol namun sangat samar karena warnanya juga hitam. Hutan merupakan habitat alami kucing rimba ini. Mereka sudah disejajarkan dengan deretan hewan terancam punah lainnya karena aktivitas manusia yang mengeksploitasi hutan. Tak jarang kucing ini turun dari gunung menuju ke permukiman warga memakan hewan ternak seperti kambing atau ayam. 

Semua ini bukan salah mereka namun salah kita kenapa kita merebut sumber makanan dan habitat mereka. Sudah selayaknya sebagai anak muda kita melestarikan hutan, melestarikan bukan kita jalan jalan ke hutan membuang sampah sembarangan namun melestarikan membiarkan hutan tersebut tumbuh alami apa adanya biarkan hutan menyembuhkan dirinya sendiri dan sudahi melukai hutan karena hewan yang hidup di dalamnya juga memiliki hak, hak hidup aman dan sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garam untuk Melehkan Es dapat Mengubah Kelamin Katak

Tahukah kalian mengapa es dapat mencair apabila ditambahkan garam? Penggunaan garam sebagai pelarut es sudah banyak digunakan di jalan-jal...