Tahukah kalian mengapa es dapat mencair apabila ditambahkan garam? Penggunaan
garam sebagai pelarut es sudah banyak digunakan di jalan-jalan protokol negara
beriklim subtropis. Bagi
kita yang tinggal dikawasan tropis sungguh asing bukan mendengar hal tersebut.
Hal ini karena kita tidak terbiasa melihat hamparan salju menutupi jalanan.
Saat musim dingin di negara sub tropis hampir seluruh jalan tertutup salju.
Tentu salju ini harus setiap saat dibersihkan agar tidak mengganggu pengguna
jalan. Penggunaan garam ini merupakan cara paling mudah untuk mencairkan salju
yang terdiri dari Kristal es tersebut.
Pemberian garam di
jalan bersalju untuk melehkan kristal es
Air murni
membeku pada suhu nol derajat, ketika kita tambahkan garam, air baru bisa
membeku pada suhu yang lebih rendah. Untuk 10% larutan garam dapat membuat air
membeku hingga -6 derajat celcius. Ketika kita tambahkan 10% garam pada salju
(misalkan suhu salju sekitar -5 derajat celcius) maka salju tidak akan membeku
lagi. Ia akan mulai mencair. Ia akan mulai membeku ketika suhunya kita turunkan
hingga -6 derajat celcius. Mengapa bisa begitu? Ketika kita menambahkan garam
pada es, molekul molekul garam akan menumbuk molekul molekul es. Akibatnya
molekul es akan bergerak lebih cepat. Molekul yang bergerak lebih cepat ini
akan menumbuk molekul molekul lain, akibatnya secara rata rata molekul molekul
es akan bergerak lebih cepat. Molekul es yang bergerak lebih cepat ini akan
membuat es ini mencair.
Aliran es yang
mencair tentunya mengandung garam yang cukup tinggi. Sebanyak 24.2 juta ton
garam terbuang begitu saja di saluran pembuangan dari jalanan di Amerika
Serikat. Hal ini membuat jalanan pada musim dingin lebih terkendali, akan
tetapi menimbulkan efek lain bagi katak. Secara alamiah terdapat unsur kimia
yang dapat mengubah kelamin katak selama masa pertumbuhan (metamorphosis).
Sebuah studi dari Yale School of Forestry
& Environmental Studies yang di publish dalam the Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences menyebutkan
bahwa garam yang digunakan untuk melelehkan es di jalan mempengaruhi rasio
pembentukan kelamin pada katak.
Lambert selaku peneliti mengatakan bahwa garam memiliki efek “masculinizing” pada embrio selama proses pertumbuhan dan perkembangan. Sodium pada garam memengaruhi kadar hormon tertosteron dan estrogen pada embrio. Terdapat sedikit testosteron yang terikat pada satu molekul garam. Walaupun sedikit tapi apabila setiap musim dingin garam tersebut terkumpul dalam suatu ekosistem katak akan memberikan efek yang cukup besar.
Lambert
melakukan serangkaian eksperimen untuk membuktikan hipotesisnya tersebut dengan
mengunakan 500 liter air dan memasukkan kadar garam yang berbeda pada setiap penampung
air tersebut. Kemudian ia memasukkan populasi katak di dalamnya yang mana
memiliki rasio katak betina yang tinggi. Setelah penambahan garam terlihat
jumlah penurunan rasio kelamin sebesar 10 %.
Kalian tidak
hanya melihat jumlah betina yang menurun, tetapi juga beberapa betina yang
memiliki tubuh yang kecil dan menghasilkan telur dengan kualitias buruk atau
bahkan tidak bisa menghasilkan sama sekali. Penelitian ini perlu dikembangkan
seberapa jauh garam memengaruhi populasi katak dan apa efeknya untuk lingkungan
sekitar.
By : Dhany Ardyansyah
Sumber :
Lambert, M. R., Stoler, A. B.,
Smylie, M. S., Relyea, R. A., & Skelly, D. K. (2016). Interactive effects
of road salt and leaf litter on wood frog sex ratios and sexual size
dimorphism. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, (999),
1-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar