Pemahaman kita saat mendengarkan
kata jabatan adalah semacam hierarki tertentu yang menempatkan diri kita di
dalamnya. Hierarki tersebut memiliki keuntungan disetiap tingkatannya. Suatu
malam, saya pulang kerja dan berniat pergi ke barbershop untuk merapihkan rambut yang sudah meresahkan dan terasa
‘gerah’. Saya terlibat obrolan dengan topik yang cukup berat bersama tukang
cukur.
Seringkali kita merendahkan profesi seseorang hanya karena berada dalam
sistem kasta yang rendah atau tidak memiliki jabatan. Namun, siapa sangka
seorang yang berprofesi tukang cukur tersebut memiliki buah pemikiran yang
membuat saya sendiri berdecak kagum. Dalam perbincangan kami, dia berkata “Mas
cari kerja kalau cuma lulusan SMK susah ya..” saya menjawab, “Lho kenapa
memangnya? Bukannya bagus lulusan SMK sudah memiliki keterampilan” Menurut dia
memang lulusan SMK sudah memiliki keterampilan, namun berapa ribu lulusan SMK
yang butuh pekerjaan sedangkan lowongan yang dibuka hanya seperempatnya saja.
Sudah jelas tidak imbang dari jumlah lulusan, menurutnya lowongan kerja di
daerah saja sudah sulit persaingannya apalagi di Ibu Kota. Pada akhirnya
lulusan SMK kebanyakan menjadi pengangguran padahal memang mereka dibentuk
untuk siap menghadapi dunia kerja. Ketimpangan lulusan dengan lapangan
pekerjaan ini yang membuat keterampilan mereka terkekang. “Mau masuk perusahaan
mana? Palingan harus ada orang dalam biar mudah masuknya, ini udah jadi rahasia
umum Mas, mencari kerja bagi yang tidak berijazah S1 itu hampir mustahil”
imbuhnya. Kemudian saya menanggapi “Ya memang momok negara kita seperti itu,
mau gimana lagi nepotisme masih berlaku, korupsi makin terorganisir, dan
kepentingan pribadi diutamakan”. “Mental kita memang belum kuat untuk menjadi
pemimpin, rakyat kecil kayak saya aja cuman bisa diperbudak sama pemerintah
yang bukan bangsa sendiri” tambahnya. Padahal banyak lho Mas siswa berprestasi
dikirim ke luar negri bahkan punya keterampilan lebih dari bangsa lain ujungnya
ya jadi bawahan, padahal kita itu punya sumber daya yang bagus, otak anak muda
yang cerdas tapi kok tidak didukung oleh pemerintah, contohnya pembuatan mobil
asli buatan tangan anak bangsa malah ditolak “ kata dia sambil terus memangkas
rambut saya. “Negara tidak memberi apresiasi untuk anak-anak SMK yang
berprestasi itu bagaimana mau maju?” tambahnya sambil menyudahi pekerjaannya.
Percakapan kami harus berenti disini karena dia sudah selesai mencukur rambut
saya. Namun apa yang didapat? Apa orang yang jabatannya tinggi punya pemikiran
seperti itu? Sungguh jabatan bukan segalanya. Menurut saya profesi itu jauh
lebih prestige dari sebuah jabatan.
Mau sampai kapan pemikiran kita terkekang di dalam lingkaran kasta tersebut?
Saya lebih menghormati seorang tukang cukur rendah hati yang memiliki pemikiran
memajukan bangsa daripada seorang anggota parpol yang hanya mementingkan
kepentingan sekelompok orang bahkan lebih parahnya lagi kepentingan diri
sendiri.
Profesi yang mulia adalah profesi
yang mampu membawa manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Bahkan seorang
petugas kebersihanpun lebih mulia keringatnya daripada seorang koruptor dengan
mobil mewahnya!
Dhany Ardyansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar